Mahasiswi Dianiaya Pacar Tak Respons WA
Seorang mahasiswi di Bangkalan, Jawa Timur, yang berinisial DSY (20 tahun), menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh pacarnya, Achmad Fikri Islamuddin. Pria berusia 20 tahun ini juga berstatus sebagai mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura (UTM), sama seperti korban. Keduanya merupakan mahasiswa dan mahasiswi dari jurusan Teknik Industri, angkatan 2022.
Peristiwa penganiayaan tersebut terjadi karena masalah sepele, yakni DSY dianggap tidak merespons pesan WhatsApp yang dikirimkan oleh pacarnya. Dalam kondisi emosi yang tidak terkendali, pelaku akhirnya melakukan kekerasan terhadap korban. Aksi ini tidak hanya mengejutkan lingkungan kampus, tetapi juga menjadi perhatian luas di masyarakat, mengingat kasus kekerasan dalam hubungan (dating violence) sering kali luput dari perhatian publik.
Mahasiswi Dianiaya Pacar Tak Respons WA
Kronologi Kejadian
Kejadian bermula ketika pelaku merasa kesal karena pesannya tidak segera dijawab oleh DSY. Perasaan frustrasi ini kemudian memuncak hingga akhirnya terjadi tindak kekerasan fisik terhadap sang kekasih. DSY mengalami sejumlah luka dan trauma akibat kekerasan yang dialaminya. Saat ini, DSY telah melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwenang dan sedang menjalani pemeriksaan lebih lanjut, termasuk pemeriksaan medis untuk mengidentifikasi luka-lukanya.
Pihak Universitas Trunojoyo Madura (UTM) juga tidak tinggal diam dalam menyikapi peristiwa ini. Pihak kampus dikabarkan telah memulai proses investigasi untuk mencari tahu lebih dalam terkait insiden tersebut. Tidak menutup kemungkinan pihak kampus akan memberikan sanksi kepada pelaku, tergantung pada hasil dari investigasi yang dilakukan.
Tanggapan Kampus dan Masyarakat
Pihak kampus, melalui jurusan Teknik Industri, mengutuk keras tindakan kekerasan yang dilakukan oleh mahasiswa mereka. Mereka menyatakan bahwa kampus harus menjadi tempat yang aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan, termasuk kekerasan dalam hubungan. UTM berkomitmen untuk mendukung korban dalam mendapatkan keadilan serta mendukung proses hukum yang sedang berlangsung.
Sementara itu, masyarakat luas juga mengecam aksi kekerasan ini. Banyak yang menyayangkan tindakan pelaku yang seharusnya bisa menyelesaikan masalah dengan cara baik-baik tanpa harus berujung pada kekerasan fisik. Kampanye untuk melawan kekerasan dalam hubungan kembali disuarakan, terutama di kalangan mahasiswa dan anak muda yang rentan menjadi korban maupun pelaku.
Kekerasan dalam Hubungan: Fenomena yang Meningkat
Kasus kekerasan dalam hubungan seperti yang menimpa DSY bukanlah yang pertama kali terjadi di Indonesia. Data menunjukkan bahwa angka kekerasan dalam hubungan, baik yang terjadi di kalangan remaja maupun dewasa muda, mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk ketidakmampuan mengendalikan emosi, kurangnya edukasi mengenai hubungan yang sehat, dan budaya patriarki yang masih kuat di masyarakat.
Perilaku kekerasan dalam hubungan ini sering kali dimulai dari hal-hal kecil yang terlihat sepele, seperti cemburu berlebihan, posesif, atau marah karena pesan tidak dibalas. Jika tidak segera ditangani, perilaku ini bisa semakin buruk dan berujung pada kekerasan fisik seperti yang dialami oleh DSY. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat, terutama generasi muda, untuk menyadari pentingnya menjalani hubungan yang sehat dan saling menghargai.
Penanganan dan Langkah Hukum
Dalam kasus ini, DSY telah melaporkan tindakan kekerasan yang dialaminya kepada pihak kepolisian. Laporan ini akan diproses lebih lanjut sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Kekerasan dalam hubungan termasuk dalam tindak pidana dan dapat dijerat dengan pasal-pasal tentang penganiayaan dan kekerasan terhadap perempuan.
Jika terbukti bersalah, pelaku bisa dikenakan hukuman penjara. Kasus ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat luas, terutama kalangan mahasiswa, tentang pentingnya mengendalikan emosi dan mencari solusi tanpa menggunakan kekerasan.
Selain langkah hukum, penting juga bagi korban kekerasan dalam hubungan untuk mendapatkan dukungan psikologis. Trauma yang dialami korban kekerasan dapat berdampak jangka panjang jika tidak segera ditangani. Konseling dan dukungan dari lingkungan sekitar sangat dibutuhkan untuk membantu korban pulih baik secara fisik maupun mental.
Pentingnya Edukasi tentang Hubungan Sehat
Kasus ini kembali menegaskan pentingnya edukasi tentang hubungan yang sehat di kalangan anak muda. Pendidikan mengenai bagaimana membangun komunikasi yang baik, mengelola emosi, dan menghormati pasangan perlu terus digencarkan. Kampus-kampus dan institusi pendidikan lainnya memiliki peran penting dalam memberikan edukasi ini kepada para mahasiswa.
Dengan adanya edukasi yang tepat, diharapkan angka kekerasan dalam hubungan bisa ditekan dan generasi muda dapat tumbuh menjadi pribadi yang mampu membangun hubungan yang sehat, saling mendukung, dan bebas dari kekerasan.